BERDENGUNGLAH
LASKAR SEKABAN DIKANCAH INTERNASIONAL
Achrahma Liyudza
Pulau
yang dijuluki dengan ‘laskar pelangi’ ini memiliki dua pulau yang terpisah,
Bangka dan Belitung. Sedang, kabupatennya terbagi-bagi. Kabupaten Bangka adalah
Daerah Tingkat II di provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Di sebelah utara, dibatasi dengan laut
Natuna. Selatan, dengan kota Pangkal Pinang dan kabupaten Bangka Tengah. Barat,
kabupaten Bangka Barat, selat Bangka, dan teluk Kelabat. Sementara di timur,
dibatasi juga dengan laut Natuna. Sedang, kabupaten ini terdiri dari delapan
kecamatan; Mendo Barat, Merawang, Puding Besar, Sungailiat, Pemali, Bakam,
Belinyu, dan Riau Silip. (Wikipedia; 2015)
Kabupaten
yang dikepalai oleh Bapak Ir. H. Tarmizi Saat inilah negeriku, kotaku,
kampungku, tanah kelahiranku. Dari enam belas tahun silam, semenjak gemericik
tangis bercampur tawaku melebur jadi satu dengan angin yang menggoda daun-daun
kelapa melambai, semenjak kedua mataku menangkap mesra langit mirip kanvas biru
yang tertuang sepercik cat putih, semenjak kaki-kaki mungilku menendang-nendang
udara tak berdaya yang menyelimuti kota
ini, iya semenjak itu, semenjak itu aku jatuh cinta dengan tanah kelahiranku
sendiri. Romantis, bukan?
Banyak
perubahan-perubahan yang terpampang nyata di kabupaten ini. Mulai dari sarana
prasarana, sampai dengan infastruktur modern
yang bertujuan untuk menghargai datangnya teknologi canggih. Dari pasar
tradisional yang becek nan lecek, sampai ‘Pasar Kite’ yang lebih terorganisir
dengan rapi. Dari tukang TI (Timah Inkonvensional) ilegal, sampai tukang kebun
yang sejahtera. Bagaimana? Sudah melihat perubahannya?
Sekarang, pertanyaannya, mau dibawa berlari atau
tetap jalan ditempat?
Tidak dapat
dipungkiri dengan perubahan-perubahan yang terjadi memberikan dampak yang
sangat besar bagi keberlangsungan rakyat di kabupaten Bangka ini. Memasuki
tahun-tahun terakhir pemerintahan Bapak Tarmizi, Beliau bagai aktor utama
dengan perubahan-perubahan yang terjadi dan mengarah kearah positif. Capaian 3
tahun pertanian yang tangguh salah satunya, mendapatkan penghargaan Adu Karya
Pangan Nusantara, peningkatan luas panen padi sawah sebesar 7,67% dan luas
panen padi padang 85,58 % pada tahun 2015. Peningkatan produksi lada sebesar
13,99 % dan produksi kelapa sawit 3,79 % pada tahun 2015. Sementara itu, peningkatan
produksi perikanan tangkap 3,93% dengan peningkatan nilai produksi 23,80 % dan
budi daya ikan sebesar 88,65% dengan peningkatan nilai produksi 504, 89%. Sedangkan
capaian tata pemerintaham yang bersih dan melayani yakni peningkatan Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap kinerja pemerintah kabupaten Bangka sebesar
54,49% pada tahun 2013 menjadi 56,55% pada tahun 2015. Selain itu memperoleh
Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas hasil pemeriksaan BPK terhadap
laporan keuangan pemerintah daerah tahun anggaran 2016. Peringkat pertama dua
tahun berturut – turut penghargaan Pangribta Serumpun Sebalai atas Dokumen
Perencanaan Tahunan atau Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD ) tahun 2014
dan 2015. Peringkat kedua atas laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD)
tahun anggaran 2014 se Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Katagori CC atas
laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tahun 2014 serta desa sadar
hukum. (Bappeda; 2017)
Pertanyaan kedua, sudah berapa langkah kita berlari?
Untuk mengetahui hal itu, marilah
kita telaah lebih pembangunan-pembangunan yang terjadi di era pemerintahan
Bapak Tarmizi. Seperti pembangunan gedung tambahan Rumah Sakit Pratama Eko
Maulana Ali, jalan, jembatan, pasar kenanga, kantor kelurahan pemekaran, pasar
buah, RSUD Sungailiat, sekolah, puskesmas, gedung deskranasda, rehab gedung
PKK, dan lainnnya. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pembangunan merupakan
sarana pensejahteraan masyarakat. Menurut Rameshwar Prasad Misra (UNCRD) bahwa
pembangunan adalah “ a conscious and institutionalized attempt at
societal development”. Pembangunan sebagai upaya yang dilakukan secara
sadar dan melembaga, maka pembangunan akan bermuatan nilai (value),
yaitu keinginan untuk mewujudkan keadaan yang lebih baik.
Namun,
sangat tidak cantik apabila energi positif tak diikuti dengan negatif. Maka, beberapa
poin penting pembangunan yang harus diperhatikan di tanah ini antara lain,
prioritas dalam sektor pertanian dalam arti yang luas, peningkatan kualitas dan
kapasitas infrastruktur untuk mendukung pemerataan pembangunan dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan, prioritas peningkatan kualitas layanan
pendidikan dan kesehatan masyarakat, peningkatan kualitas SDM, pelayanan publik
dalam tata kelola pemerintahan harus dalam kebijakan perencanaan pembangunan
yang lebih baik.
Lalu, mau dibawa kemana tanah kecil ini?
Sang kapten kabupaten ini, pernah
berkata, “untuk mencapai dalam berkompetisi pembangunan di tingkat nasional dan
internasional, kabupaten Bangka diharapkan harus siap menghadapi semua
perubahan, dan mengatasi tantangan-tantangan pembangunan yang memiliki
kapasitas dan daya saing dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera”
(Bappeda;2017). Jadi, untuk berkompetisi
di tingkat nasional bahkan internasional, kabupaten Bangka haruslah mempunyai
‘alat’ yang memiliki kapasitas daya saing yang tinggi. ‘Alat’ disini jugalah
yang akan menentukan kemana kabupaten ini akan berlari nantinya.
Tanah kelahiranku ini tidaklah
sebesar kabupaten-kabupaten diluar sana. Tak seluas kabupaten di pulau Papua
yang masih asri, tak sebesar kabupaten-kabupaten pulau Jawa yang dipenuhi
kota-kota metropolitan. Namun, jangan pernah kalian berpikir picik bahwa
kabupatenku ini tak bisa bersaing dengan bunga-bunga mekar diluar sana. Jika
Bali punya pantai, kami juga punya. Jika pulau kecil Bali, bisa harum namanya
dengan pantai-pantai itu, kenapa kami tidak bisa? Lalu, bisakah kita sekalian
penghuni tanah laskar sekaban untuk menjadikan wisata-wisata tanah ini
dijadikan sebagai ‘alat’?
Pantai
tongaci, contohnya. Yang telah dibuka dan dinikmati secara mancanegara. Namun,
kabupaten Bangka tidak hanya memiliki tongaci satu-satunya wisata yang bisa
dijadikan sebagai ‘alat’ pembangunan menuju nasional bahkan internasional.
Perlu diketahui, bahwa saudara pulau Bangka ini, yakni pulau Belitung menjadi
urutan ketiga setelah Lombok dan Bali yang menjadi icon wisata yang go
international. Sebab itu, untuk mengatasi permasalahan; menemukan alat yang
memiliki daya saing tinggi, bisa terpecahkan dengan memanfaatkan alam yang
dianugerahi Sang pencipta untuk tanah laskar sekaban ini.
Lalu, apakah
kabupaten ini bisa berdengung namanya di kanca internasional? Tentu, tidak ada
yang tidak mungkin. Men urang pacak, kite
ge pacak. Dengan terciptanya pembangunan yang lebih baik pada tempat-tempat
wisata; pantai Matras, Kelayang, pulau Puteri sampai pulau Lampu yang berposisi
di Belinyu, pemerintah ini bisa membawa harum nama kabupaten Bangka hingga go international.
Dengan
pemerataan jalan menuju tempat-tempat wisata, pelestarian, penyempurnaan
tempat-tempat wisata misalnya dengan penambahan penginapan, sampai tempat makan
yang ber-view pantai, mungkin bisa
menarik serta mengundang orang luar untuk lebih mengenal kabupaten ini. Ketika
sudah banyak yang tertarik, masyarakat disini bisa memanfaatkan keadaan dengan
menjual hasil-hasil pertanian ataupun perikanan (yang sudah diolah, tentunya)
agar bisa mensejahterakan kehidupannya. Hasil penjualan bisa digunakan untuk
meningkatkan mutu pertanian di lahan sendiri. Intinya, pembangunan disini
haruslah bertujuan mensejahterahkan masyarakat.
Turis-turis
dalam bahkan luar negeri akan sangat tertarik pastinya dengan wisata-wisata
kabupaten Bangka ini, yang pasti tak kalah cantik dengan pantai–pantai Bali.
Ayo, sejajarkan kasta kita dengan Belitung, yang telah dikenal banyak nyawa
diluar sana. Ayo, setarakan keindahan kita dengan pulau Bali, yang sudah
terkenal sampai sana.
Berjuta-juta
nyawa yang menggumamkan do’a dalam hati. Bermilyaran buih-buih mimpi melayang,
berharap sampai pada Tuhan. Berdengunglah laskar sekaban dikancah internasional.
BERDENGUNGLAH
LASKAR SEKABAN DIKANCAH INTERNASIONAL
Achrahma Liyudza
Achrahma Liyudza
Pulau
yang dijuluki dengan ‘laskar pelangi’ ini memiliki dua pulau yang terpisah,
Bangka dan Belitung. Sedang, kabupatennya terbagi-bagi. Kabupaten Bangka adalah
Daerah Tingkat II di provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Di sebelah utara, dibatasi dengan laut
Natuna. Selatan, dengan kota Pangkal Pinang dan kabupaten Bangka Tengah. Barat,
kabupaten Bangka Barat, selat Bangka, dan teluk Kelabat. Sementara di timur,
dibatasi juga dengan laut Natuna. Sedang, kabupaten ini terdiri dari delapan
kecamatan; Mendo Barat, Merawang, Puding Besar, Sungailiat, Pemali, Bakam,
Belinyu, dan Riau Silip. (Wikipedia; 2015)
Kabupaten
yang dikepalai oleh Bapak Ir. H. Tarmizi Saat inilah negeriku, kotaku,
kampungku, tanah kelahiranku. Dari enam belas tahun silam, semenjak gemericik
tangis bercampur tawaku melebur jadi satu dengan angin yang menggoda daun-daun
kelapa melambai, semenjak kedua mataku menangkap mesra langit mirip kanvas biru
yang tertuang sepercik cat putih, semenjak kaki-kaki mungilku menendang-nendang
udara tak berdaya yang menyelimuti kota
ini, iya semenjak itu, semenjak itu aku jatuh cinta dengan tanah kelahiranku
sendiri. Romantis, bukan?
Banyak
perubahan-perubahan yang terpampang nyata di kabupaten ini. Mulai dari sarana
prasarana, sampai dengan infastruktur modern
yang bertujuan untuk menghargai datangnya teknologi canggih. Dari pasar
tradisional yang becek nan lecek, sampai ‘Pasar Kite’ yang lebih terorganisir
dengan rapi. Dari tukang TI (Timah Inkonvensional) ilegal, sampai tukang kebun
yang sejahtera. Bagaimana? Sudah melihat perubahannya?
Sekarang, pertanyaannya, mau dibawa berlari atau
tetap jalan ditempat?
Tidak dapat
dipungkiri dengan perubahan-perubahan yang terjadi memberikan dampak yang
sangat besar bagi keberlangsungan rakyat di kabupaten Bangka ini. Memasuki
tahun-tahun terakhir pemerintahan Bapak Tarmizi, Beliau bagai aktor utama
dengan perubahan-perubahan yang terjadi dan mengarah kearah positif. Capaian 3
tahun pertanian yang tangguh salah satunya, mendapatkan penghargaan Adu Karya
Pangan Nusantara, peningkatan luas panen padi sawah sebesar 7,67% dan luas
panen padi padang 85,58 % pada tahun 2015. Peningkatan produksi lada sebesar
13,99 % dan produksi kelapa sawit 3,79 % pada tahun 2015. Sementara itu, peningkatan
produksi perikanan tangkap 3,93% dengan peningkatan nilai produksi 23,80 % dan
budi daya ikan sebesar 88,65% dengan peningkatan nilai produksi 504, 89%. Sedangkan
capaian tata pemerintaham yang bersih dan melayani yakni peningkatan Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap kinerja pemerintah kabupaten Bangka sebesar
54,49% pada tahun 2013 menjadi 56,55% pada tahun 2015. Selain itu memperoleh
Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas hasil pemeriksaan BPK terhadap
laporan keuangan pemerintah daerah tahun anggaran 2016. Peringkat pertama dua
tahun berturut – turut penghargaan Pangribta Serumpun Sebalai atas Dokumen
Perencanaan Tahunan atau Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD ) tahun 2014
dan 2015. Peringkat kedua atas laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD)
tahun anggaran 2014 se Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Katagori CC atas
laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tahun 2014 serta desa sadar
hukum. (Bappeda; 2017)
Pertanyaan kedua, sudah berapa langkah kita berlari?
Untuk mengetahui hal itu, marilah
kita telaah lebih pembangunan-pembangunan yang terjadi di era pemerintahan
Bapak Tarmizi. Seperti pembangunan gedung tambahan Rumah Sakit Pratama Eko
Maulana Ali, jalan, jembatan, pasar kenanga, kantor kelurahan pemekaran, pasar
buah, RSUD Sungailiat, sekolah, puskesmas, gedung deskranasda, rehab gedung
PKK, dan lainnnya. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pembangunan merupakan
sarana pensejahteraan masyarakat. Menurut Rameshwar Prasad Misra (UNCRD) bahwa
pembangunan adalah “ a conscious and institutionalized attempt at
societal development”. Pembangunan sebagai upaya yang dilakukan secara
sadar dan melembaga, maka pembangunan akan bermuatan nilai (value),
yaitu keinginan untuk mewujudkan keadaan yang lebih baik.
Namun,
sangat tidak cantik apabila energi positif tak diikuti dengan negatif. Maka, beberapa
poin penting pembangunan yang harus diperhatikan di tanah ini antara lain,
prioritas dalam sektor pertanian dalam arti yang luas, peningkatan kualitas dan
kapasitas infrastruktur untuk mendukung pemerataan pembangunan dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan, prioritas peningkatan kualitas layanan
pendidikan dan kesehatan masyarakat, peningkatan kualitas SDM, pelayanan publik
dalam tata kelola pemerintahan harus dalam kebijakan perencanaan pembangunan
yang lebih baik.
Lalu, mau dibawa kemana tanah kecil ini?
Sang kapten kabupaten ini, pernah
berkata, “untuk mencapai dalam berkompetisi pembangunan di tingkat nasional dan
internasional, kabupaten Bangka diharapkan harus siap menghadapi semua
perubahan, dan mengatasi tantangan-tantangan pembangunan yang memiliki
kapasitas dan daya saing dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera”
(Bappeda;2017). Jadi, untuk berkompetisi
di tingkat nasional bahkan internasional, kabupaten Bangka haruslah mempunyai
‘alat’ yang memiliki kapasitas daya saing yang tinggi. ‘Alat’ disini jugalah
yang akan menentukan kemana kabupaten ini akan berlari nantinya.
Tanah kelahiranku ini tidaklah
sebesar kabupaten-kabupaten diluar sana. Tak seluas kabupaten di pulau Papua
yang masih asri, tak sebesar kabupaten-kabupaten pulau Jawa yang dipenuhi
kota-kota metropolitan. Namun, jangan pernah kalian berpikir picik bahwa
kabupatenku ini tak bisa bersaing dengan bunga-bunga mekar diluar sana. Jika
Bali punya pantai, kami juga punya. Jika pulau kecil Bali, bisa harum namanya
dengan pantai-pantai itu, kenapa kami tidak bisa? Lalu, bisakah kita sekalian
penghuni tanah laskar sekaban untuk menjadikan wisata-wisata tanah ini
dijadikan sebagai ‘alat’?
Pantai
tongaci, contohnya. Yang telah dibuka dan dinikmati secara mancanegara. Namun,
kabupaten Bangka tidak hanya memiliki tongaci satu-satunya wisata yang bisa
dijadikan sebagai ‘alat’ pembangunan menuju nasional bahkan internasional.
Perlu diketahui, bahwa saudara pulau Bangka ini, yakni pulau Belitung menjadi
urutan ketiga setelah Lombok dan Bali yang menjadi icon wisata yang go
international. Sebab itu, untuk mengatasi permasalahan; menemukan alat yang
memiliki daya saing tinggi, bisa terpecahkan dengan memanfaatkan alam yang
dianugerahi Sang pencipta untuk tanah laskar sekaban ini.
Lalu, apakah
kabupaten ini bisa berdengung namanya di kanca internasional? Tentu, tidak ada
yang tidak mungkin. Men urang pacak, kite
ge pacak. Dengan terciptanya pembangunan yang lebih baik pada tempat-tempat
wisata; pantai Matras, Kelayang, pulau Puteri sampai pulau Lampu yang berposisi
di Belinyu, pemerintah ini bisa membawa harum nama kabupaten Bangka hingga go international.
Dengan
pemerataan jalan menuju tempat-tempat wisata, pelestarian, penyempurnaan
tempat-tempat wisata misalnya dengan penambahan penginapan, sampai tempat makan
yang ber-view pantai, mungkin bisa
menarik serta mengundang orang luar untuk lebih mengenal kabupaten ini. Ketika
sudah banyak yang tertarik, masyarakat disini bisa memanfaatkan keadaan dengan
menjual hasil-hasil pertanian ataupun perikanan (yang sudah diolah, tentunya)
agar bisa mensejahterakan kehidupannya. Hasil penjualan bisa digunakan untuk
meningkatkan mutu pertanian di lahan sendiri. Intinya, pembangunan disini
haruslah bertujuan mensejahterahkan masyarakat.
Turis-turis
dalam bahkan luar negeri akan sangat tertarik pastinya dengan wisata-wisata
kabupaten Bangka ini, yang pasti tak kalah cantik dengan pantai–pantai Bali.
Ayo, sejajarkan kasta kita dengan Belitung, yang telah dikenal banyak nyawa
diluar sana. Ayo, setarakan keindahan kita dengan pulau Bali, yang sudah
terkenal sampai sana.
Berjuta-juta
nyawa yang menggumamkan do’a dalam hati. Bermilyaran buih-buih mimpi melayang,
berharap sampai pada Tuhan. Berdengunglah laskar sekaban dikancah internasional.




